Jakarta, Tv Berita Indonesia - Roemah Bhinneka menggelar diskusi ilmiah di Universitas 17 Agustus, Surabaya dengan pembicara salah satunya Ketua Umum Nahdlatul Wathan Diniyyah Islamiyah (NWDI) TGB HM Zainul Majdi.
Pada kesempatan ini, TGB mengungkapkan Indonesia merupakan negara dengan dokumen berbangsa paling religius.
"Di undang-undang dasar itu ada dua kata Allah. Di pembukaan atas berkat rahmat Allah dan pada sumpah presiden, " katanya, Senin (5/12/2022).
Ketua Harian Nasional Partai Perindo ini melanjutkan, bahkan di negara-negara Arab tak seperti Indonesia. Hal ini harus disyukuri karena di Indonesia agama memberikan ruang demokrasi berkembang.
"Agama dengan demokrasi dapat bersanding, agama Islam dari sisi ajaran Islam menyediakan ruang yang sangat cukup untuk demokrasi," bebernya.
Lebih lanjut, di dalam Islam ada ruang aqidah dimana tinggal ikut saja, tak boleh ditambah dan dikurangi. Ada ruang ritual ibadah seperti salat lima waktu atau berhaji.
Kemudian ada ruang muamalah, di dalamnya mencakup ruang berbangsa, bersosialisasi, beradab dan ekonomi. Ruang muamalah tak detail memberi petunjuk.
"Hanya ada prinsipnya saja. Yang diberikan Islam bukan detil, namun panduan-panduan," urainya.
Termasuk yang paling utama, kata Doktor Ahli Tafsir Alquran ini adalah insaniah kemudian kesetaraan, keadilan, kemerdekaan, dan kebebasan.
"Apapun namanya sistem pemerintahan, republik, kesultanan, kerajaan atau nanti ada lagi hasil peradaban di masa depan, sepanjang mengusung nilai (panduan agama) dan tak diametral maka itu islami, " terangnya.
TGB melanjutkan, di Indonesia berbicara budaya sesuai dengan sukunya, sepanjang budaya yang dikembangkan membawa kemuliaan, ketinggian dan mengarah kemaslahatan itu dapat disebut islami. Bahkan, bisa jadi lebih islami dibanding budaya di negara tempat lahirnya Islam.
Konsep ini dipahami, lanjutnya, dipahami secara luas oleh para pendiri bangsa, itu dapat dilihat ketika menyiapkan dokumen metayuridis seperti Pancasila ataupun UUD1945, dimana di dalamnya juga dirumuskan oleh ulama.
"Mereka yakin yang dilakukan ini hal baik. Kita bersyukur, agama menyediakan demokrasi berkembang, " tambahnya.
Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Indonesia ini mengingatkan, supaya masyarakat Indonesia tidak terbawa pada persepsi seolah-olah agama menjadi destruktif untuk kemanusiaan. Konflik paling mematikan di sejarah umat manusia, tak ada karena faktor agama.
"Konflik yang paling mematikan terkait ideologi, bukan karena agama, " tegasnya.
TGB mengatakan, Indonesia lahir bukan karena kompromi. Dokumen berbangsa menunjukkan para tokoh agama dan tokoh bangsa mengambil kebaikan dari agama. Membahas Indonesia, lepas dari ego masing-masing.
"Roemah Bhinneka bagian dari tanam kebaikan untuk masa depan, " tambahnya.
Acara yang dimoderatori Dr Chafid Wahyudi juga menghadirkan Dewan Pembina Islam Nusantara Foundation KH Said Aqil Siradj, Ketua I PGIW Jawa Timur Pendeta Andri Purnawan, Dir Binmas Polda Jawa Timur Kombes Pol Asep Irpan Rosadi. Red
« Prev Post
Next Post »